hit counter


Kamis, 27 November 2014

Tetapkan Tujuan Sebelum Investasi

Tetapkan Tujuan Sebelum Investasi 

Tetapkan Tujuan Sebelum Investasi
Image by : Istimewa
Zaman sekarang hampir semua orang berbicara tentang investasi. Pesatnya aliran informasi lewat online membuat siapapun mudah terpapar kata-kata spesifik yang dahulu hanya dikenal segelintir orang: investasi, inflasi, profit, return of investment, loss, yield dan sebagainya.

Namun rupanya mengetahui soal investasi berbeda dengan memahami investasi. Dan memahami investasi kerap kali dilakukan dengan cara yang salah: berinvestasi tanpa tujuan. Akibatnya banyak yang hanya latah alias ikut-ikutan, atau takut dianggap ketinggalan zaman kalau tidak berinvestasi, menjadikan investasi sebagai kebanggaan, dan terakhir adalah investasi karena cinta – yang sesungguhnya bukan merupakan tujuan.

Jadi, apa langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menetapkan sebuah tujuan investasi? Simak penjelasan Hari ‘Soul’ Putra, financial and business advisory di WealthFlow 19 Technology Inc. Motivation.

Spesifik. Menurut Hari, tujuan investasi sebaiknya dibuat secara tertulis, dan disertai gambar-gambar kuantitatifnya. “Jika Anda ingin memiliki mobil buat keluarga, misalnya Toyota Innova, maka yang harusnya Anda lakukan adalah mencari tahu informasi seputar mobil tersebut,” jelas Hari. “Anda bisa mendatangi diler Toyota Innova, melakukan test drive – jika diperkenankan, bertanya secara detail tentang spesifikasinya, minta brosur lengkap dengan tipe, warna, tahun pembuatan, harga dan lain-lain. “

Dengan langsung merasakan, menempel gambar-gambar tersebut di buku impian (dream book), di dinding, di atas meja kerja atau rumah kita, tujuan itu akan lebih terpatri di relung sanubari ketimbang hanya Anda pikirkan. “Karena manusia itu lebih banyak yang seeing is believing – melihat dahulu baru percaya,” ungkap Hari. “Survei membuktikan bahwa manusia visual memiliki kecenderungan 55 persen lebih banyak ketimbang manusia auditori maupun kinestetik. Artinya, jumlah manusia yang believing is seeing – percaya dahulu baru lihat, sangat sedikit.”

Hari menjelaskan, sesuatu yang diulang-ulang atau afirmasi lebih terekam dalam alam bawah sadar kita, ketimbang sesuatu yang hanya di pikiran sesaat tanpa melakukan action.   

Terukur. Anda memerlukan keterukuran dalam membuat tujuan investasi. “Misalnya, masih dalam konteks Toyota Innova tadi, ketika kita sudah mengetahui harga, maka yang harus Anda tanyakan kepada diri sendiri adalah apakah mobil tersebut benar-benar sesuai dengan kebutuhan kita, baik buat keluarga ataupun bisa menunjang pekerjaan kita sehari-hari?” ujar Hari.

Di situ Hari meminta agar Anda memikirkan secara matang, sehingga jangan sampai ketika akhirnya Anda memiliki mobil tersebut, malah menambah beban biaya hidup Anda dan keluarga.

Cara mewujudkan. Yang juga tidak kalah penting, apakah kita ingin membeli mobil tersebut dengan cara tunai atau kredit. Jika kredit, apakah Anda bisa menyicil? Rumusnya adalah tidak boleh melebihi 30 persen dari penghasilan Anda.

“Sebab banyak orang yang memaksakan diri mencicil melebihi batas maksimal penghasilan,” tegas Hari. “Akibatnya bisa ditebak, kredit macet yang terjadi.”

Realistis. Kita boleh memiliki harapan setinggi bintang di angkasa, tetapi kaki harus tetap menginjak bumi, pesan Hari. Maksudnya, apa pun yang kita inginkan harus sesuai dengan kebutuhan kita yang realistis.

“Harapan itu perlu, tetapi realistis juga dibutuhkan ketika ingin mengambil sebuah keputusan," ujar Hari. “Dan memiliki mobil bukan sebuah hal yang tidak realistis apalagi di zaman sekarang ini, dengan semakin membanjirnya pilihan di bidang otomotif.
Add to Cart

0 komentar:

Posting Komentar