hit counter


Jumat, 21 November 2014

Jangan Takut Jujur Keuangan

Jangan Takut Jujur Keuangan 

Jangan Takut Jujur Keuangan
Image by : Istimewa
Bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, membicarakan masalah keuangan keluarga masih merupakan hal yang tabu. 

Hal itu ditunjukkan dengan tidak semua keluarga mau membuka diri tentang kondisi keuangan mereka masing-masing. Hal tersebut ditambah dengan anggapan sebagian dari masyarakat bahwa mengelola keuangan adalah suatu hal yang sulit dan rumit. 

“Padahal, kondisi keuangan yang baik berhubungan erat dengan pengelolaan keuangan yang baik,” ungkap Ira Hardanita, CFP, financial planner di Finansia Consulting. “Dan mengelola keuangan yang baik perlu adanya keterbukaan baik antar anggota keluarga, maupun dengan pihak luar yang mungkin dapat membantu menyelesaikan masalah keuangannya, misalnya seorang konsultan.”

Hal tersebut, menurut Ira, membutuhkan kesadaran dari masing-masing anggota keluarga untuk membuat pengelolaan keuangan di rumah menjadi lebih mudah. Simak beberapa tip dari Ira yang dapat Anda terapkan sekarang juga: 

Buat prioritas pengeluaran secara proporsional. Dalam membuat prioritas pengeluaran sebaiknya kelompokkan ke dalam empat bagian utama yaitu: 
a. Pengeluaran untuk sosial atau keagamaan sebesar 10% dari gaji; 
b. Pengeluaran untuk investasi sebanyak 20% dari gaji;
c. Pengeluaran untuk pembayaran hutang maksimum 30% dari gaji;
d. Pengeluaran untuk biaya hidup sehari-hari sejumlah 40% dari gaji; 

“Ajak seluruh anggota keluarga untuk duduk bersama dalam kondisi santai supaya dapat membicarakan kebutuhan yang dianggap prioritas,” kata Ira. “Dengan membuat prioritas pengeluaran secara proporsional maka akan menyeimbangkan pengeluaran dan menghindari terjadinya overbudget alias pengeluaran yang melebihi anggaran.” 

Waspadai pengeluaran tidak terduga. Jika sedang beraktivitas di luar rumah, kadang Anda tidak menyadari jika ada pengeluaran yang sebetulnya tidak termasuk dalam kelompok prioritas. 

“Untuk menghindari hal tersebut, sebelum bepergian buatlah catatan kecil tentang rencana pengeluaran apa saja yang akan dilakukan, baik untuk pengeluaran ayah, ibu maupun anak,” papar Ira. “Sehingga jika ada pengeluaran tak terduga muncul jumlahnya akan tetap terkendali karena tujuan utama pengeluaran sudah terpenuhi.”

Utamakan kebutuhan daripada keinginan. Menurut Ira, dengan mengutamakan kebutuhan terlebih dahulu baru keinginan, Anda dapat menghindari pengeluaran-pengeluaran yang bersifat konsumtif.

“Membiasakan menggunakan barang yang sudah ada di rumah atau membuat produktif barang-barang yang sudah dibeli, dapat membantu Anda untuk menjadi tidak konsumtif. Dan hal itu bisa diterapkan mulai dari ayah ibu sampai dengan anak-anak,” jelas Ira. 

Ira memberi berbagai contoh, misalnya, ketika sang Ayah ingin membeli ponsel baru karena yang saat itu dimiliki sudah ketinggalan zaman. Padahal sebenarnya ponsel lama masih berfungsi dengan baik. “Alangkah baiknya jika uang yang akan digunakan untuk membeli ponsel baru diinvestasikan dalam bentuk produk investasi misalnya reksadana atau produk investasi yang lainnya,” ujar Ira. 

Contoh lain – yang kerap dilakukan oleh kaum wanita – yaitu membeli tas baru hanya karena teman di arisan menawarkan dengan pembayaran diangsur. Padahal, sekalipun diangsur dengan nilai angsuran relatif kecil per bulannya, tetapi jika ditotal jumlah uang yang harus dibayarkan tetap saja mahal. “Dan manfaatnya tidak banyak karena sebenarnya tas yang dimiliki masih cukup banyak,” tegas Ira. 

Sebagai contoh terakhir, Ira menyoroti keinginan anak untuk membeli tempat pensil baru karena temannya memiliki tempat pensil gambar kartun yang sedang digemari saat ini. Karena tergoda oleh temannya dan iklan film kartun, anak menjadi ikut konsumtif, padahal tempat pensil yang dimiliki masih cukup bagus. 

Jadi, itu sebabnya Ira menekankan bahwa setiap anggota keluarga mempunyai peranan yang penting dalam mensukseskan proses pengelolaan keuangan yang baik. “Setiap anggota keluarga juga diharapkan dapat saling mendorong dan memberi contoh satu sama lain agar muncul kesadaran untuk membentuk keluarga yang sehat secara fisik dan sehat secara finansial,” tandasnya.
Add to Cart

0 komentar:

Posting Komentar