hit counter


Jumat, 21 November 2014

Tata Kelola Keuangan Pribadi yang Salah

 Tata Kelola Keuangan Pribadi yang Salah 

Tata Kelola Keuangan Pribadi yang Salah
Image by : Istimewa
Sebuah negara, tak peduli betapa kayanya negara tersebut, bila tidak memiliki tata kelola yang baik alias good governance, maka akan tetap miskin. 

Penyebabnya adalah kebocoran-kebocoran yang terjadi dalam tata kelola negara tersebut. Hal tersebut mirip dengan yang terjadi dalam sebuah rumah tangga, karena rumah tangga sejatinya merupakan ‘negara mini’.

Namun, untuk dapat melakukan tata kelola keuangan yang baik, maka Anda perlu tahu kesalahan-kesalahan yang kerap timbul, minggu demi minggu setelah Anda menerima gaji. Kalau tidak, maka Anda akan melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang. 

Minggu I 
Dimulai dengan gaji masuk ke rekening Anda. Pertanyaan paling pentingnya adalah, ‘apa yang Anda lakukan ketika hari gajian?’ Kebanyakan orang akan ‘menghadiahi’ diri sendiri atas kerja keras yang sudah mereka lakukan selama sebulan penuh. Caranya dengan makan-makan di resto atau kongkow di kafe bersama teman-teman, bahkan berlibur. Kalau masih ada sisa uang? Berbelanja. 

Minggu II 
Pada minggu-minggu ini tagihan biasanya muncul. Kalau Anda sudah mempersiapkan saat gajian, mungkin tidak masalah, terutama untuk tagihan yang bersifat esensial seperti listrik dan air. Masalahnya, sudahkah Anda mempersiapkannya? Padahal, saat ini uang di dompet dan rekening mulai menipis. Bahkan Anda terpaksa mengirit dengan membawa makanan dari rumah. Tidak ada yang salah, sih. Malah makanan dari rumah biasanya lebih sehat. Tetapi, intinya bukan itu, melainkan menunjukkan kondisi keuangan Anda yang mulai sekarat. Padahal gajian masih 14-20 hari lagi.

Minggu III
Tagihan kartu kredit sudah mendekati batas waktu pembayaran. Kalau diabaikan, maka Anda akan terkena denda keterlambatan pembayaran yang jumlahnya sangat lumayan. Belum lagi bunga berbunga dari utang yang Anda miliki. Solusi paling logis bagi Anda adalah membayar jumlah minimum pembayaran. Namun, benarkah itu sebuah solusi? Cek lagi tagihan bulan berikutnya, maka Anda akan melihat bahwa pembayaran tagihan minimum sama sekali bukan solusi. Ibarat menuang air di pasir,uang Anda terserap tanpa bekas untuk membayari bunga kartu kredit yang menggunakan sistem bunga berbunga.

Minggu IV
Tinggal tujuh hari lagi menjelang gajian, dan kondisi keuangan Anda semakin tertatih-tatih. Uang tunai juga sudah habis, baik di dompet maupun di rekening tabungan. Penyelamat Anda? Kartu kredit. Beli BBM untuk kendaraan? Pakai kartu kredit. Berbelanja keperluan rumah tangga mingguan? Pakai kartu kredit. Eh, di toko online langganan ada tawaran menarik yang sayang untuk dilewatkan. Bayarnya? Pakai kartu kredit. Semua Anda bayar pakai kartu kredit sambil berharap semoga lekas gajian. Dan ketika akhirnya gaji masuk rekening tabungan, kembali ke minggu pertama. Begitu seterusnya. 

Kalau Anda mengalami hal di atas, maka tata kelola keuangan Anda dapat dikatakan morat-marit. Hal itu bukan terkait dengan besaran jumlah gaji yang Anda terima – walaupun memang gaji yang besar memberikan keleluasaan pengelolaan yang lebih baik. Karena, bisa jadi mereka yang memiliki gaji di bawah Rp10 juta per bulan, karena tata kelola keuangannya lebih baik, maka dia dapat menabung, punya asuransi, bahkan berinvestasi, walau dengan uang yang lebih terbatas. Lebih baik dari mereka yang punya gaji Rp20 juta.

Hal tersebut dikarenakan pada saat gaji Anda naik, maka disadari atau tidak, ego Anda menuntut perubahan gaya hidup. Bukan hak yang salah, tetapi kerap kali peningkatan gaya hidup lebih besar dari peningkatan gaji. Ujung-ujungnya lebih besar pasak dari tiang.
Add to Cart

0 komentar:

Posting Komentar